Cycads - Pakis Haji (Aji) lebih populer dengan nama Sikas adalah tanaman jurasik yang berumur kurang lebih 240 juta tahun dan diperkirakan merupakan makanan dinosaurus yang herbifora. Sikas bahkan dipercaya sudah tumbuh sebelum tanaman bunga dan fern.
Sikas merupakan tanaman berumah 2, ada jantan dan betina, yang bisa dibedakan pada waktu keluar ‘bunga’ (cone). Yang jantan biasanya kurus dan panjang sedang yang betina pendek dan bulat seperti bola rugby. Di alam penyerbukan dibantu oleh serangga, tetapi dengan banyaknya habitat yang rusak dan perbedaan waktu keluarnya bunga jantan dan betina penyerbukan semakin sulit terjadi. Bantuan manusia sangat dibutuhkan untuk menjaga kelestarian populasi di alam.
Masyarakat awam di Indonesia mengenal pakis haji dari beberapa species yang biasa di tanam menyerupai palem namun jauh sekali dari kekerabatannya. kemiripan ini berasal dari susunan anak daunnya yang tersusun berpasangan.
Panduan pemeliharaan:
Tanaman sikas pada umumnya tidak suka terlalu banyak air, hal mi dikarenakan kebanyakan berasal dan daerah yang curah hujan rendah kecuali yang berasal dan hutan hujan Amerika tengah. Semua sikas menyukai media yang sangat poros. dan menyukai pot yang agak dalam agar akar utama (taproot) bisa bertumbuh maksimal terutama untuk tanaman yang baru tumbuh. Akar ni akan membesar seperti ubi untuk dipakai sebagai cadangan makanan. Sebagai panduan campuran media yang dipakai apabila disiram air sebaiknya langsung mengalir dan tidak tertahan. Seringkali sikas dianggap bisa tumbuh baik di tanah yang miskin hara, meski ada benarnya tetapi sebenarnya sikas akan tumbuh jauh lebih maksimal dengan pemberian pupuk yang teratur. Kebanyakan sikas menyukai cahaya dengan intensitas tinggi untuk menjaga daun tetap sehat dan kompak kecuali beberapa zamia yang menyukai matahari tak langsung.
Berikut adalah Jenis - Jenisnya:
Cycas aculeata
Cycas dolichophylla
Cycas pectinata
Cycas angulata
Cycasa edentata
Cycas petraea
Cycas annaikalensis
Cycas elephantipes
Cycas platyphylla
Cycas apoa
Cycas elongata
Cycas pranburiensis
Cycas arenicola
Cycas falcata
Cycas pruinosa
Cycas armstrongii
Cycas fairylakea
Cycas revoluta
Cycas arnhemica
Cycas ferruginea
Cycas riuminiana
Cycas badensis
Cycas ferruginea
Cycas riuminiana
Cycas badensis
Cycas fugax
Cycas rumphii
Cycas balansae
Cycas furfuracea
Cycas schummanniana
Cycas basaltica
Cycas quizhouensis
Cycas scratchleyana
Cycas beddomei
Cycas hainanensis
Cycas seemannii A Braun
Cycas bifida
Cycas hoabinshensis
Cycas segmentifida
Cycas bougainvilleana
Cycas hongseensis
Cycas semota
Cycas brachycantha
Cycas inermis
Cycas sexeminifera
Cycas brunnea
Cycas javan
Cycas siamensis
Cycas cairnsiana
Cycas lanepoolei
Cycas silvestris
Cycas calcicola
Cycas lindstromii
Cycas simplicipinna
Cycas campestris
Cycas litoralis
Cycas spherica
Cycas candida
Cycas maonochiei
Cycas szechuanensis
Cycas canalis
Cycas macrocarpa
Cycas taitungensis
Cycas changjiangensis
Cycas media
Cycas taiwaniana
Cycas chevalieri
Cycas megacarpa
Cycas tangingii
Cycas circinalis
Cycas micholitzii
Cycas tansachana
Cycas cliviocola
Cycas micronesica
Cycas thouarsii
Cycas collina
Cycas multipinnata
Cycas tropophylla
Cycas condaoensis
Cycas nathorstii
Cycas tuckeri
Cycas conferta
Cycas nongoochiae
Cycas wadei
Cycas couttsiana
Cycas ophiolitica
Cycas xipholepis
Cycas curranii
Cycas orientis
Cycas yorkiana
Cycas debaoensis
Cycas pachypoda
Cycas yunnanensis
Cycas desolata
Cycas panzhihuaensis
Cycas zambalensis
Cycas diannanensis
Cycas papuana
Cycas zeylanica
Tidak ada komentar:
Posting Komentar